Saya buka tulisan ini dengan kabar gembira dari
Allah Ta'ala, QS. Ar-Ro'd ayat 24.
سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ
Dan keselamatanlah untuk Kalian
sekeluarga (Surga Adn) atas kesabaran kalian waktu di dunia.
Iniliah ayat yang cocok sebagai
apresiasi dan juga penyemangat bagi orang tua manapun yang memperjuangkan
anaknya masuk ke pondok. Sebab salah satu modalnya adalah sabar. Sabar, sabar
ketika semua harta habis berpuluh juta bahkan beratus juta untuk membiayai
kehidupan dan pendidikan anak di pesantren, yang padahal dengan harta itu orang
tua tersebut dapat membeli apa saja, dan investasi apa saja perihal dunia.
Namun orang-orang tua yang Memondokkan anaknya memilih sabar menanam harta itu
dalam pendidikan anak-anaknya demi buah dan bunga terbaik di hari yang kemudian
juga secangkir kebahagian yang kelak diberikan anaknya di hadapan Allah Ta'ala
kelak.
Sabar, sabar juga ketika terus
berlelah-lelah mengantar bolak-balik anaknya masuk ke luar pesantren, belum
rasanya badan merebah, tiba-tiba anaknya menelepon sebab sakit, yang mau tidak
mau harus segera ditengok walau badan bermandikan lelah dan keringat. Apalagi
yang anaknya pernah merasa tidak kerasan dan tidak betah di pesantren. Ada
masa, sabar Betul-betul diuji antara menyerah dan terus berjuang sebab jenuh
hampir tiap hari mengantar putranya bolak balik pesantren dengan segala macam bujukan.
Sabar, sabar juga tatkala ramainya
rumah kini berganti sepi, sebab para penenang jiwa, penghibur lara jauh dalam
dekapansedang berjuang di pesantren, Syukur yang masih ada adik atau kakaknya.
Sabar akan betul kembali diuji saat anak tiga, tiga-tiganya berjuang di
pesantren apa lagi anak semata wayang, kemudian rela dan sabar dilepas untuk
berjuang di pondok pesantren satu-satunya anak tersebut. Dalam tiap malam air
mata kadang tak mampu tertahan mengalir, merindukan putra-putri kesayangannya
yang tak mampu dipeluk dan dikecup kepalanya. Syukur bagi orang tua yang
pesantren putra-putrinya dekat, sepelemparan batu. Ketika rindu datang paling
tidak akhir pekan pertemuan sebentar sudah begitu menenangkan jiwa. Lantas
dengan orang tua yang memondokkan anaknya di luar kota, luar pulau bahkan luar
negeri. Rindu begitu menyayat-nyayat hati di tiap keadaan seraya hanya pelukan
Do'a yang dapat terucap lirih dalam lisan agar putra-putrinya yang jauh
senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala.
Belum sabar-sabar yang lain, sabar
dengan lamanya pendidikan, omongan orang yang begitu ragu jika anaknya dititip
di pesantren, kadang harus kuat dan sabar dihadapi. Belum lagi kondisi
kesehatan baik anaknya lebih-lebih kesehatannya sendiri sebab usia sudah tak
bisa di bilang muda, rasanya betul-betul hanya anak yang mampu menjadi obat dan
harapan tiada tara sebagai penguat keteguhan orang tua.
Wahai para orang tua yang begitu
ikhlas berjuang, Engkau sudah Betul-betul mengamalkan perintah Allah Ta'ala
dalam surah An-Nisa ayat 9
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Memondokkan anak, adalah ikhtiar kita
membangun generasi yang kuat, agar peringatan Allah itu tidak terjadi pada
keturunan kita. Saat kita pergi meninggalkan dunia, Na'udzubillah kita
meninggalkan generasi yang lemah, lemah iman, lemah akhlak, lemah ilmu, lemah
ekonomi dan lemah lainnya. Generasi-generasi yang tak mampu menjadi Pembela
buat orang tuanya, agamanya, bangsanya. Pembela di dunia lebih-lebih di
akhiratnya Allah. Generasi yang lemah hanya akan menyiksa batin orang tuanya di
dunia, membuat merintih orang tuanya ketika ajal datang, sebab bukan lantunan
Do'a yang dihaturkan justru pertikaian atas nama perebutan harta orang tuanya
yang padahal jenazahnya masih ada di hadapan anak-anak itu. Apa lagi di
akhiratnya Allah, jangan membawa ke surga. Anak-anak itu akan menuntut dan
menyeret orang tuanya ke nerakanya Gusti Allah.
Namun sebaliknya, berkat kegihihan
Bapak Ibu Memondokkan anak, sebagai ikhtiar menguatkan generasi maka tangis
demi tangis bahagia akan mewarnai kehidupan Bapak Ibunya. Ada haru bahagia saat
mereka lulus dan wisuda di pesantren yang begitu membuat hati besar dan lega.
Bahagia sebab pendidikan pesantren membuat mereka menjadikan Bapak Ibunya raja
dan ratu bagi mereka. Hati orang tua mana yang tak meleleh saat anaknya
bersimpuh di pangkuannya seraya berdo'a di tiap waktunya demi kesehatan dan
panjang umur orang tuanya. Begitupun saat kita berpulang. Masing-masing dari
anak-anak yang Sholeh tersebut berjajar bersahut membaca Al-
Qur'an. Tiada Ustad yang datang
memandikan dan memimpin sholat jenazah kita. Sebab mereka anak-anak yang Sholeh
hadir di sana memandikan jenazah kita, memimpin sholat jenazah kita dan turun
mengazani kita untuk terakhir kali. Dapat dipastikan Wahai Para Bapak dan Ibu
yang Memondokkan anaknya di pesantren. Itulah hari terbaik dan paling
membahagiakan untuk kita sebagai orang tua. Sebab anak-anak kita hadir jadi
pembela kita. Apa lagi kelak di hadapan Allah Ta'ala. Merekalah yang akan
membela kita, memperjuangkan kita di hadapan Allah Ta'ala sehingga termasuk lah
kita orang-orang yang
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ
(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk
ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya,
isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu.
Allah, Mudah-mudahan Allah jadikan
putra-putri kita sebagai penyejuk mata hati kita di dunia lebih-lebih
Akheratnya Allah Ta'ala. Saya tutup tulisan ini dengan sebuah kisah. Pernah mendengar
cerita dari seorang Kyai. Bahwa di surga ada sebuah majlis para Ambiya, Awliya
dan Ulama serta Sholihin. Tiba-tiba obrolan santai di majlis tersebut
dikagetkan dengan seorang penghuni surga yang tampak beterbangan dari satu
gedung ke gedung lain, dari satu tempat ke tempat lain dengan wajah yang begitu
bercahaya. Padanya terdapat sepasang sayap yang indah tersusun dari batu-batu
yakut dan permata. Yang membuat ia mampu beterbangan ke mana saja ia suka.
Ketika turun para Ambiya, Awliya dan Ulama bertanya. Siapakah gerangan anda..
Apakah anda orang Sholih, atau syuhada atau ahli ibadah sehingga Allah berikan
derajat yang begitu tinggi. Kemudian fulan ini menjawab. Wahai kekasih-kekasih
Allah, aku bukanlah ahli Ibadah, bukan juga pejuang agama Allah. Yang ku
lakukan waktu di dunia hanya satu. Sebagai amaliyahku yang membuat aku mendapat
derajat demikian. Aku titipkan anakku belajar agama di pondok pesantren, di
tempat para ahli ilmu yang dekat dengan Allah. Kemudian Allah Ridho dan Allah
jadikan anak-anakku anak yang Sholeh dan Allah berikan padaku derajat
demikian tinggi sebab itu wahai para kekasih Allah.
Berikut kami kutipkan nasihat Pimpinan Pondok Modern
Gontor, Kiyai Hasan Abdullah Sahal,
khususnya bagi orang tua milenial yang anaknya baru mondok;
Pertama, Tega. Orang tua harus tega
meninggalakan anaknya di pondok. Biasanya para ibu punya sindrom gak tegaan.
Yakinkan pada diri Bapak/Ibu bahwa di pesantren putra-putri ibu
dididik bukan dibuang, diedukasi bukan dipenjara. Harus tega, karena pesantren
adalah medan pendidikan dan perjuangan.
Yakinlah keadaan anak bapak jauh lebih baik dibanding keadaan saat Nabi Ibrahim
alaihissalam meninggalkan putranya di gurun yang tandus tidak ada pohon
sekalipun, apalagi MCK dan kantin
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ
مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman” …(QS. Ibrahim/14,
37)
Kedua, ikhlas. Sebagaimana kita sadar, bahwa
anak kita dididik, dan diajar, kita juga harus ikhlas purta-putri kita
menjalani proses pendidikan itu; dilatih, ditempa, diurus, ditugaskan, disuruh
hafalan, dibatasi waktu tidurnya, dan sebagainya.
Kalau merasa anak Anda dibuat tidak senyaman hidup dirumah,
silakan ambil anak itu serkarang juga. Pondok bukan funduk (hotel), pesantren
tidak menyediakan pesanan. Lagi pula, guru dan ustadz belum tentu dibayar dari
uang kita.
Ketiga, Tawakkal. Setelah menetapkan hati untuk
tega dan ikhlas, serahkan semua pada Allah.
Berdoalah! Karena pesantren bukan tukang sulap, yang dapat mengubah begitu saja
santri-santrinya.
Kita hanya berusaha, Allah azza wa jalla mengabulkan doa. Doa
orang tua pada anaknya pasti dikabulkan. Minta juga anak untuk rajin berdoa
karena doa penuntut ilmu mustajab.
Keempat, Ikhtiar. Poin ini yang utama adalah
dana. Tidak semua pondok merupakan lembaga amal. Banyak pondok yang tidak
menggaji ustadznya, masa’ harus dibebani dengan membiayai santrinya juga. Imam
Syafi’i sendiri berpesan mengenai syarat menuntut ilmu adalah dirham (baca:
uang/rupiah). Insyallah, semua yang dibayarkan bapak-ibu 100% kembali pada
anak-anak.
Kelima, yang terakhir, Percaya. Percayalah
bahwa anak bapak-ibu dibina, betul-betul dibina. Semua yang mereka dapatkan di
pondok adalah bentuk pembinaan. Jadi kalau melihat anak-anakmu diperlakukan
bagaimanapun, percayalah itu adalah bentuk pembinaan.
Jadi, jangan salah paham, jangan salah sikap, jangan salah
persepsi. Jangan sampai, ketika ibu-bapak berkunjung menjenguk anak, kebetulan
melihat putra-putrinya sedang mengangkut sampah, kemudian wali santri
mengatakan “ngak bener nih pondok, anak saya ke sini untuk belajar, bukan jadi
pembantu”.
Ketahuilah bapak, ibu… putra-putrimu pergi ke pesantren untuk
kembali sebagai anak berbakti. Jangan beratkan langkah mereka dengan
kesedihanmu. Ikhlaskan, semoga Allah rahmati jalan mereka.
Izinkan admin menutup tulisan ringkas ini dengan sabda Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
زُرْ غِبًّا تَزْدَدْ حُبًّا
Bertemulah jarang-jarang agar cinta makin berkembang.
(Abu Dawud, Ibnu Hibban, Thabrani dan Baihaqi dengan sanad shahih)
Sumber:www.assiddiqiyah2.com